About

MTs Al Isthakhariyyah Pamalayan

Kamis, 12 Maret 2015

Kisah Nabi Khidir ‘alaihis salam


bagian 02
Nabi Khidir Membocorkan Perahu
Nabi Khidir mengajak Nabi Musa berjalan-jalan di tepi lautan. Keduanya sama-sama terdiam. Hanya suara ombak bersahut-sahutan yang terdengar. Setelah itu, Nabi Khidir mempersilakan Nabi Musa menaiki sebuah perahu kayu yang tengah disandarkan pemiliknya. Keduanya berlayar ke tengah lautan lepas. Tidak ada persoalan yang dibicarakan oleh keduanya. Menjelang perahu menepi di tempat semula, Nabi Khidir mengambil kapak. Tiba-tiba ia melubangi perahu itu hingga bocor. Secara otomatis air segera memenuhi bagian bawah perahu. Nabi Musa sungguh terkejut, khawatir dirinya mati tenggelam.
“Kenapa perahu itu segaja kamu lubangi? Apa kamu tidak merasa kasihan dengan pemiliknya? Perbuatanmu itu jelas salah besar dan mencemaskanku!” cetus Nabi Musa, emosinya sedikit naik.
“Kamu bukan termasuk orang yang sabar. Bukankah aku sudah mengingatkanmu untuk tidak berkomentar dengan apapun yang kulakukan?” Nabi Khidir sekadar mengingatkan.
Nabi Musa baru teringat dengan persyaratan yang ditetapkan Nabi Khidir. Ia pun langsung memohon maaf dan meminta Nabi Khidir tidak menghukum atas kealpaannya. Nabi Khidir diam sebagai tanda telah memaafkannya. Keduanya lalu melangkahkan kakinya meninggalkan tempat perahu disandarkan. Perahu yang baru dinaiki dan dilubanginya itu setengahnya sudah tergenang air.
Dua Peristiwa Aneh
Nabi Khidir dan Nabi Musa berjalan melewati suatu kebun yang biasa dijadikan tempat bermain anak-anak kecil. Salah seorang anak kecil terlihat kecapekan sehabis bermain. Ia bersandar pada sebuah pohon besar. Semilir angin yang berhembus rupanya membuatnya tertidur pulas. Nabi Khidir yang mengetahui bocah itu sudah terpejam kedua matanya segera mendekat. Tanpa basa basi, tiba-tiba saja Nabi Khidir membunuh bocah itu. Nabi Musa benar-benar terperanjat dengan tindakan nyeleneh gurunya itu.
“Kenapa kamu membunuh anak lelaki yang tidak berdosa ini?” Nabi Musa spontan bertanya dengan suara lantang.
“Wahai Musa, bersabarlah ketika sedang bersamaku,” ucap Nabi Khidir, tenang.
Nabi Musa meminta maaf untuk kedua kalinya. Ia mengaku lupa tentang perjanjian awalnya dengan Nabi Khidir. Kali ini Nabi Musa berjanji untuk bersabar dan tidak akan bertanya lagi. Setelah membunuh, Nabi Khidir meneruskan perjalanannya bersama Nabi Musa. Keduanya memasuki sebuah desa yang penduduknya terkenal sangat pelit. Nabi Musa bertanya dalam hati, kenapa Nabi Khidir mengajaknya ke tempat ini. Sebenarnya Nabi Khidir mengetahui keluhan Nabi Musa. Sebab, Nabi Khidir telah dikaruniai oleh Allah SWT bisa membaca dan mendengar isi hati orang lain. Namun Nabi Khidir diam saja.
Keduanya singgah di desa itu. Rupanya bekal yang dibawa Nabi Musa sudah habis. Nabi Musa memberanikan diri meminta makanan kepada para penduduk, tetapi tidak ada yang mau memberinya. Para penduduk sepertinya cuek saja dengan kehadiran keduanya. Saat itu di tengah perkampungan ada satu rumah yang dindingnya hampir ambruk. Anehnya para penduduk cuma melihatnya, tidak ada yang mau memperbaikinya. Nabi Khidir kemudian memperbaikinya sendirian hingga malam menjelang.
“Kenapa kamu tidak meminta bayaran kepada pemilik rumah itu?” celetuk Nabi Musa. “Kebiasan di kampung saya, jika ada orang yang memperbaiki rumah orang lain, maka ia akan mendapat imbalan,” lanjut Nabi Musa, geram.
“Seharusnya kamu diam saja dengan apa yang kukerjakan. Kini saatnya untuk berpisah antara dirimu dengan diriku,” tukas Nabi Khidir setelah mendengar perkataan Nabi Musa. “Tetapi sebelum pergi, aku akan memberitahumu suatu hikmah dibalik semua peristiwa yang telah kulakukan,” tambah Nabi Khidir.

0 komentar:

Posting Komentar