Setelah batuan permata asal
Kawasen, Kecamatan Banjarsari, banyak diperbincangkan hingga keluar
daerah, kini banyak dari warga setempat yang berburu bahan batu akik
tersebut. Namun, ternyata tidak semua orang bisa mendapatkan batu akik
dengan mudah. Pasalnya, kalau belum berjodoh siapapun sulit untuk
mendapatkannya.
Iwa, warga RT 06/RW 02, Dusun Karangwangkal, Desa Kawasen, kepada
Koran HR, pekan lalu, mengaku bersama puluhan warga lainnya sengaja
datang ke sebuah sungai yang ada di wilayah itu, untuk menggalid an
mencari bahan batu akik.
“Ternyata tidak mudah mendapatkan bahan batu akik. Bongkahan batunya terlalu keras, panjang dan lebar,” katanya.
Senada dengan itu, Usman, Ketua RT 06 RW 02, Dusun Karangwangkal,
membenarkan sulitnya mencari bahan batu akik yang berkualitas bagus.
Kalau belum rejekinya, sekalipun orang Kawasen asli, orang itu tidak
bisa menemukannya.
“Tapi alhamdulillah, setelah menggali dengan kedalaman satu meter,
saya menemukan bongkahan batu bahan batu akik bermotif loreng tentara.
Batu yang saya dapatkan, akan saya coba jual dengan harga antara Rp 1
sampai 2 juta perkilogramnya,” kata Usman.
Keberadaan batuan permata (Batu
Akik), asal Desa Kawasen, Kecamatan Banjarsari, Kabupaten Ciamis,
ternyata terungkap dalam sebuah buku kuno (Kedaleman) tentang sejarah
Kerajaan Kawasen yang dirilis pada sekitar tahun 1600.
Buku tersebut juga mengisahkan tentang perjalanan berdirinya Kerajaan
Kawasen sampai meninggalnya Raja Kawasen. Selain itu, dikisahkan juga
tentang tingkah dan prilaku para sesepuh Kawasen lainnya.
Sekertaris Desa Kawasen, Kecamatan Banjarsari, Kabupaten Ciamis,
Nanang, kepada Koran HR, Senin (16/2/2015) lalu, mengungkapkan, di dalam
buku kuno tersebut juga terdapat sebuah peta harta karun yang
menjelaskan soal keberadaan barang-barang peninggalan Kerajaan Kawasen
yang kini terkubur dalam tanah.
“Barang-barang peninggalan itu disimpan dalam tanah, di beberapa
titik lokasi, oleh sesepuh Kawasen, Tumenggung Sutanangga. Termasuk
keberadaan bongkahan bahan batu akik milik Tumenggung Bagus Sutapura
(Nama lain Sutanangga), putra Prabu Galuh Cipta Permana, Raja Galuh
Terakhir,” katanya.
Hal itu dikatakan Sekertaris Desa Kawasen, Kecamatan Banjarsari,
Kabupaten Ciamis, Nanang, kepada Koran HR, Senin (16/2/2015) lalu.
Menurut dia, batu akik yang dibuatnya bukan batu akik sembarangan. Batu
itu indah dan sangat bagus, karena bisa memancarkan sebuah cahaya.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Desa Kawasen, Zenal Arifin,
membenarkan, di dalam buku Kedaleman Kawasen itu terdapat sebuah peta
kuno yang menjelaskan penyimpanan barang-barang berharga peninggalan
Kerajaan Kawasen.
“Benar apa yang dikatakan Mursiman, paranormal asal Sukamulya,
Karangpaningal, tentang keberadaan benda bersejarah dan barang berharga
lainnya, seperti batu permata, batu akik dan berlian yang harganya
mencapai ratusan juta rupiah,” katanya. (Ntang/Koran-HR)
Rabu, 25 Februari 2015
Kekayaan Alam di Ciamis
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar