About

MTs Al Isthakhariyyah Pamalayan

Jumat, 17 Oktober 2014

Batu tulis di Citapen - Ciamis .

Batu tulis di Citapen - Ciamis .

Hari Minggu malam tanggal 29 September 2008 dikampung halaman istri tersayang di tepian sungai Cisanggarung - Cirebon , saya sangat gelisah . Bagaimana tidak besok pagi-pagi sekali setelah sahur saya akan mendatangi sebuah Batu bertulis (Rock Art) yang letaknya tepat diperbatasan Kabupaten Kuningan dengan Kabupaten Ciamis. Batu bertulis ini memang kurang dikenal masyarakat, tapi rasa penasaran saya untuk mengunjunginya begitu menggebu.

Perjalanan ini bukan yang biasanya , karena menurut informasi bila ingin mempersingkat perjalanan harus menyeberangi sungai yang belum ada jembatannya, dengan kata lain saya harus menyeberangi sungai mempergunakan rakit. daripada mempergunakan mobil yang harus memutar melalui jalan raya Cirebon-Ciamis , membelok di Hayawang ( Sebelum Kecamatan Kawali ) menuju Kecamatan Rancah melalui Kecamatan Rajadesa-Ciamis.

Dengan tidak bersusah payah merayu adik ipar untuk pinjam motornya , saya akhirnya berangkat menuju Dusun Citapen Pasir , Desa Sujaya , Kecamatan Rajadesa ( Lebih dekat dari KecamatanRancah ) yaitu tempat Situs Citapen berada di Kabupaten Ciamis ,tepat pada jam 5.30 pagi ( setelah sahur ).

Angin pagi menerpa saya membuat badan jadi segar maklum dua hari berada di Cirebon yang pada saat itu berhawa wuihhh........Puanas buangeet...!!!!
Di tengah jalan saya mencoba memfoto gunung Ceremai yang namanya disebut sebut dalam Naskah Bujangga Manik yang ditulis tahun 1400 M. Seperti cuplikannya :
Meuntas aing di Ci-punagara, Lurah Medang Kahiyangan,
Ngalalar ka Tampo Omas, meuntas aing di Ci-Manuk ,
ngalalar ka pada beunghar, ngalalar aing ka Conam.
Katukang bukit Ceremay , Saucunduk ka Luhur Agung , meuntasing di Ci-Sanggarung.dst......
Catatan :
Naskah Bujangga Manik merupakan salah satu peninggalan dari naskah berbahasa Sunda yang sangat berharga. Naskah ini ditulis pada DAUN NIPAH, dalam puisi naratif berupa lirik yang terdiri dari delapan suku kata, dan saat ini disimpan di PERPUSTAKAAN BODLEIAN di Oxford sejak tahun 1627 ( diteliti dan di terjemahkan oleh Noorduyn tahun 1968 :469, Ricklefs/Voorhoeve 1977:181). Naskah Bujangga Manik seluruhnya terdiri dari 29 daun nipah, yang masing-masing berisi sekitar 56 baris kalimat yang terdiri dari 8 suku kata.

Yang menjadi tokoh dalam naskah ini adalah PRABU JAYA PAKUAN alias Bujangga Manik, seorang resi Hindu dari Kerajaan Sunda yang, walaupun merupakan seorang prabu pada keraton Pakuan Pajajaran(ibu kota kerajaan, yang bertempat di wilayah yang sekarang menjadi kota Bogor), lebih suka menjalani hidup sebagai seorang resi. Sebagai seorang resi, dia melakukan dua kali perjalanan dari Pakuan Pajajaranke Jawa. Pada perjalanan kedua Bujangga Manik malah singgah di Baliuntuk beberapa lama serta ke Pulau Sumatera. Pada akhirnya Bujangga Manik bertapa di sekitar Gunung Patuha sampai akhir hayatnya. Jelas sekali , dari ceritera dalam naskah tersebut, bahwa naskah Bujangga Manik berasal dari jaman sebelum Islam masuk ke Tatar Sunda. Naskah tersebut tidak mengandung satu pun kata-kata yang berasal dari bahasa Arab. Penyebutan Majapahit, Malaka dan Demak Demak memungkinkan kita untuk memperkirakan bahwa naskah ini ditulis dalam akhir tahun 1400-an atau awal tahun 1500-an.
Naskah ini sangat berharga karena menggambarkan topografi pulau Jawa pada sekitar abad ke-15. Lebih dari 450 nama tempat, gunung dan sungai disebutkan dalam naskah. Sebagian dari nama-nama tempat tersebut masih digunakan sampai sekarang.

0 komentar:

Posting Komentar