Si Miskin yang Bekerja Keras
tjidewashop.blogspot.com
Pak Mamad namanya, “Dulu, penghasilan Rp. 20.000,- / hari menurut saya
sudah lebih dari cukup, karena harga sembako yang masih terbilang murah.
Tapi kini, buku pelajaran anak saya saja sudah lebih dari itu
harganya.” tutur pria berusia 38 tahun ini.
Pak Mamad hidup bersama seorang isteri dengan ketiga buah hatinya yang
masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Ia menuturkan, bahwa dulu, ia
hanyalah seorang pegawai serabutan yang dimana pekerjaannya tidaklah
menentu, begitupun penghasilannya.
“Saya sempat berpikir untuk lebih baik tidak memiliki anak, karena saya
takut tidak bisa menafkahi dan menyekolahkan mereka tinggi-tinggi. Saya
hanya seorang kuli potong disebuah konveksi dekat rumah. Itu pun kalau
konveksinya sedang banyak barang. Kalau tidak, saya harus mencari tempat
lain agar saya bisa mendapatkan uang ketika pulang kerumah. Ya.. kalau
hari sedang baik, teman saya mengajak saya untuk ikut dengannya mengecat
tembok, atau merenovasi atap gedung sekolah. Dari situlah saya
berpikir, andaikan saya punya anak, mungkin saya akan menyekolahkannya
disini. Andaikan saya pemilik konveksi itu, saya tidak akan membuat
pegawai saya kehilangan pekerjaannya dan luntang lantung seperti saya
saat ini.”
“Saya selalu berdoa agar diberikan kemudahan dan kelancaran dalam setiap
apa yang saya kerjakan. Juga berharap agar apa yang saya impikan bisa
benar-benar tercapai, tidak hanya sebatas angan. Sampai akhirnya, Tuhan
menjawab itu semua. Saya menemui seorang teman yang sudah sukses lebih
dulu dari saya. Dia berkata, bahwa dia membutuhkan seorang rekan yang
mengerti dibidang mode dan fesyen. Sebenarnya saya sendiri tidak tahu,
apa itu fesyen. Yang saya tahu adalah cara memotong kain, membuat pola,
dan menentukan bahan. Lalu dia berkata, bahwa memang itu yang ia cari.”
Waktu berlalu, dan perlahan namun pasti, kehidupan Pak Mamad pun
berlangsung membaik. Pekerjaan memotong dan membuat pola yang dulu
dilakoninya, kini ia percayakan kepada seorang pegawai baru. Ia pun
tidak lagi khawatir untuk pulang kerumah tanpa hasil, karena kini,
beliau dipercaya untuk menjadi kepala staff disana. Dan tidak hanya itu,
kekuatan sebuah doa telah membawa Pak Mamad kepada kebahagiaan lainnya,
yakni diberikannya keturunan oleh Allah SWT.
Betapa bersyukurnya Pak Mamad atas apa yang telah diraihnya saat ini.
Dia tidak pernah menyangka bahwa kehidupan sulit itu kini telah
berakhir.
“Satu hal yang saya percaya didunia ini adalah doa. Yakinlah bahwa
segala sesuatu itu ada waktunya. Sejauh ini, lakukanlah apa yang bisa
kita lakukan untuk bisa tetap bertahan. Pertolongan Allah itu tidak
pernah meleset. Ia akan memberikan pertolongannya kepada siapa yang
benar-benar membutuhkannya dan bersungguh-sungguh atas apa yang
diharapkannya.”
Harapan Pak Mamad adalah menjadi pemilik konveksi, bukan kepada staff
seperti saat ini. Tapi Allah akan memberikan apa yang dibutuhkan
umatnya, bukan apa yang diinginkannya. Pada dasarnya, tidak ada satu hal
pun yang mustahil di dunia ini selagi kita berusaha dan
bersungguh-sungguh untuk bisa mencapainya.
0 komentar:
Posting Komentar