LSM Wisma (Wadah Aspirasi dan Partisipasi Masyarakat), lembaga yang bergerak di bidang penanggulangan HIV/AIDS, menemukan fakta yang mengkhawatirkan terkait pergaulan bebas remaja di Kabupaten Ciamis.
Dari hasil testimoni terhadap kaum waria yang kerap mangkal di sekitar taman Raflesia Ciamis, diperoleh pengakuan bahwa mereka sering melayani pelanggan dari kalangan remaja. Bahkan, ada pelanggan diantaranya yang masih anak-anak atau berstatus pelajar sekolah dasar (SD).
Hal itu dikatakan CO (Community Organizer) LSM Wiswa, Yuyun Yuningsih yang juga Ketua Srikandi Panjalu Ciamis (Organisasi Waria), saat bersama sejumlah aktivis penanggulangan HIV/AIDS Ciamis, berkunjung ke kantor PWI Ciamis, Selasa (27/01/2015).
Yuyun mengatakan, fakta adanya anak-anak SD yang sudah menjadi pelanggan waria memang benar terjadi. Menurutnya, di kalangan kaum waria saling tukar informasi menyangkut urusan pribadi sudah terbiasa.
“Artinya begini, kalau waria dengan waria ngerumpi, sudah tidak ada lagi rahasia. Dan saya sebagai ketua waria di Ciamis, selalu mengontrol setiap aktivitas seluruh anggota,” katanya.
Menurut Yuyun, waria di Ciamis yang mengaku sudah melayani anak SD, bukan yang pertama kalinya terjadi. Tetapi, sebelumnya pun ada waria berbeda mengatakan pengakuan yang sama. “Jadi, kasus anak SD di Ciamis yang sudah doyan waria, pastinya sudah lebih dari satu. Namun, jumlah pastinya berapa, belum kami ketahui,” ujarnya.
Yuyun mengatakan, alasan anak SD sudah menjadi pelanggan waria, salah satunya karena faktor pergaulan. Anak itu, mengaku sering menonton video porno, hingga akhirnya memiliki ketertarikan melakukan hubungan intim.
Adapun anak itu memilih waria sebagai penyaluran hasrat seksualnya, lanjut Yuyun, karena alasan ekonomis. Karena tarif waria cenderung lebih murah ketimbang memboking wanita nakal. “Tarif kencan dengan waria cukup dengan uang Rp. 30 ribu. Dan anak itu berani bayar,” katanya.
“Jadi, masalah yang terjadi saat ini, tidak hanya persoalan pencegahan HIV/AIDS saja, tetapi masalah pergaualan bebas remaja pun harus menjadi perhatian semua pihak,” ujarnya.
Menurut Yuyun, dirinya sempat menegur dan memberi peringatan kepada anggotanya yang sudah melayani anak-anak. Meski demikian, kata dia, untuk mencegah hal itu tidak terulang kembali, sulit mengontrolnya.
“Karena susah juga ngasih peringatan kepada waria kalau sudah urusan pelanggan. Mereka melakukan itu motiviasinya cari uang. Jadi, mau dewasa atau anak-anak, kalau si pelanggan berani bayar, pasti si waria mau,” ujarnya. (Bgj/R2/HR-Online)
0 komentar:
Posting Komentar